Operasi caesar seringkali menjadi suatu jalan yang digunakan oleh para ibu saat persalinan. Ada beberapa alasan mengapa meeka lebih memilih cara ini dari pada kelahiran dengan cara yang normal.
Padahal, operasi Caesar bukanlah prosedur main-main. Ada banyak risiko yang harus Anda terima ketika Anda menjalani prosedur ini. Karena itu, sebelum Anda memutuskan untuk menjalani operasi Caesar, pertimbangkan tujuh hal di bawah ini.
1. Caesar adalah operasi besar
Banyak orang mengira operasi Caesar adalah prosedur sederhana yang tidak memiliki faktor risiko yang besar. Padahal, persalinan secara Caesar membawa banyak risiko, dari infeksi, mengurangi fungsi usus, meningkatnya risiko hysterektomi, hingga gangguan berkemih akibat kerusakan kandung kemih.
2. Waktu pemulihannya lebih lama
Operasi Caesar juga sering digambarkan sebagai pilihan termudah. Namun, penyembuhan luka operasi dan rahim akan memakan waktu lebih lama ketimbang persalinan normal yang pemulihannya hanya butuh 6 minggu. Dalam beberapa minggu setelah persalinan, perempuan yang menjalani persalinan secara pembedahan sering merasakan ketidaknyamanan, nyeri, bahkan harus mengonsumsi obat-obatan pereda rasa sakit.
3. Waktu persalinannya tidak tepat
Hasil studi menunjukkan bahwa operasi Caesar yang dilakukan sebelum kehamilan 39 minggu bisa meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur, dikarenakan ketidakakuratan dalam memprediksi tanggal kelahiran. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 37 minggu dua kali lipat menyebabkan komplikasi ketimbang mereka yang dilahirkan setelah kehamilan 39 minggu.
4. Bayi mengalami kesulitan bernafas
Sebuah studi yang digelar oleh The American Academy of Family Physicians tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan risiko kesulitan bernafas dan masa rawat lebih lama bagi bayi yang dilahirkan melalui operasi Caesar. Hal ini membuktikan bahwa dalam banyak kasus, bayi-bayi ini kemungkinan belum siap untuk lahir, dan hal itulah yang meningkatkan kecenderungan masalah pernafasan.
5. Meningkatnya masalah plasenta
Ibu yang pernah melahirkan secara Caesar akan meningkatkan risiko masalah plasenta pada kehamilan berikutnya. Salah satu kondisi paling berbahaya dalam masalah ini adalah Placenta Acretta. Saat itu, plasenta tumbuh ke dalam dinding rahim sehingga sering membutuhkan operasi histerektomi. Risiko ini meningkat dari 0,6 persen pada Caesar kedua, 2,1 persen pada Caesar ketiga, dan meningkat dengan setiap prosedur Caesar sesudahnya.
6. Lebih sedikit bakteri baik
Ketika Anda melahirkan secara normal, bayi akan terpapar bakteri baik yang hidup di dalam vagina Anda. Paparan terhadap bakteri ini merupakan proses penting dalam membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh si bayi. Sementara, bayi yang lahir secara pembedahan hanya terpapar sedikit bakteri baik yang ditemukan di rumah sakit dan pada kulit ibunya. Yang perlu diperhatikan justru adanya sisa infeksi bakteri staphylococcus dan Streptococcus pneumoniae, yang bisa menyebabkan pneumonia.
7. Bisa menyelamatkan nyawa bayi
Ketika kehamilan Anda mengalami masalah, operasi Caesar kadang-kadang diperlukan secara medis. Prosedur ini bahkan bisa menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Kondisi yang membutuhkan prosedur Caesar antara lain placenta previa (plasenta menutup jalan lahir), cord prolapse (tali pusat mendahului bayi keluar dari rahim), dan bayi mengalami kesulitan untuk lahir.