Cara Pencegahan Zat Aditif Pada Makanan

cara-pencegahan-zat-aditif-pada-makananApa itu zat aditif pada makanan? Ada yang tahu? Dalam bahasa yang sederhana zat aditif bisa diartikan sebagai bahan-bahan yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam suatu produk atau dalam makanan dalam jumlah yang kecil/sedikit, yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki cita rasa, penampakan, tekstur, flavor, serta agar tahan lebih lama saat disimpan.

Sedang definisi zat aditif menurut BPOM adalah Bahan Tambahan Pangan (BPT) yang dipakai untuk menghambat dan mencegah proses fermentasi, penguraian atau pengasaman, serta proses perusakan lainnya yang terjadi pada bahan pangan yang disebabkan mikroorganisme.


Banyak yang tidak tahu jika adanya tambahan zat aditif dalam bahan makanan, dapat menimbulkan dampak buruk terutama terhadap kesehatan manusia. Dalam jangka waktu pendek, menengah dan lama, keberadaan zat aditif dalam makanan dapat menimbulkan berbagai dampak negative pada tubuh manusia.


Beberapa dampak negative itu, antara lain : menimbulkan alergi, kanker hati, sesak napas, bengkak, kerusakan otak, kelaianan hati, bahkan kelaianan kromosom dan masih banyak lagi dampak negative zat aditif terhadap kesehatan manusia baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui.

 
BACA:  Makanan Pokok Dari Gandum

Pada kesempatan ini kami info gizi memberikan bagaimana cara pencegahan zat aditif pada makanan. Sebetulnya untuk mencegah masuknya zat aditif pada tubuh kita sungguh bukanlah hal yang mudah namun untuk meminimalisir dampak negative zat aditif dalam makanan itu dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini:

Pertama, cara Internal.

Maksud cara internal berarti cara ini ditempuh dari diri kita sendiri. Beberapa cara internal yang bisa kita lakukan antara lain :

  • Mengurangi konsumsi makanan siap saji ( fast food / makanan instan )
  • Meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran dan vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat anti karsinogen . Beberapa vitamin dimaksud antara lain : Vitamin A, C, E ( banyak terdapatdalam sayur dan buah ) ; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus ; betakaroten, vitamin B 3 ( niasin ), vitamin D dalam bentuk aktif ( 1.25-hidroksi ) terdapat dalam mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan segar.
  • Memberikan pengertian kepada anggota keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah ketika berpicnik, bersekolah.
BACA:  Kelompok Bahan Makanan atau Komoditi Pangan

Kedua, cara Eksternal.

Cara eksternal maksudnya adalah “institusi” di luar diri kita, seperti produsen makanan, penjual makanan, lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah ( LSM, Ulama, tokoh pemerhati masalah kesehatan, dll ). Cara eksternal yang bisa ditempuh antara lain :

  • Produsen, harus memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang mereka produksi, memberikan informasi yang jelas komposisi bahan aditif yang ditambahkan pada produknya. Dan harus diingat “ jangan hanya berpusat kepada keuntungan financial semata “. Ingat apa yang terbaik untuk dimakan kita dan keluarga kita, itulah yang terbaik juga untuk dimakan oleh orang lain.
  • Pemerintah, melakukan pengawasan ketat dan menindak secara tegas produsen yang terbukti secara nyata melakukan pelanggaran terhadap aturan pemberian zat aditif dalam produk makanan. Melakukan kampanye akan pentingnya memperhatikan apa yang dimakan dan yang tidak sebaiknya dimakan.
  • Non pemerintah, membantu pemerintah dalam mengawasi produk-produk ahan makanan yang beredar di pasaran, memberikan penyuluhan akan pentingnya makanan sehat bagi tubuh manusia.
BACA:  Cara Menilai Bahan Makanan Di Pasar

Dari kedua cara tersebut di atas, cara kedua lah yang menurut saya paling efektif. Sebab masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen tidak bisa berbuat banyak. Dalam arti, kalau yag beredar di pasaran kebanyakan makan yang mengandung zat aditif maka mereka tidak punya pilihan lain. Dan demikian sebaliknya.