Kalau seseorang diberi hidangan yang mengandung jumlah kalori tertentu, maka pengukuran energy yang dikeluarkan oleh orang tersebut akan berbeda dari apa yang dikonsumsinya, tergantung dari jenis sumber energy yang telah dimakannya.
Pada umumnya energy yang dihasilkan oleh tubuh lebih tinggi dari jumlah energy yang telah dikonsumsi dalam hidangan, dan berbeda menurut jenis komposisi yang dikonsumsi tersebut.
Bila sumber energy yang telah dikonsumsi itu karbohidrat murni, tambahan produksi energy itu berbeda dengan bila yang dikonsumsi itu lemak murni atau protein murni.
Jadi rupanya setiap jenis zat gizi sumber energy itu menyebabkan stimulasi terhadapa metabolisme yang menghasilkan energy.
Stimulasi zat gizi untuk menambah produksi energy tubuh ini disebut Specific Dynamic Action (SDA).
Dalam perhitungan kebutuhan energy hidangan bagi seseorang harus dimasukkan tambahan pemakaian energy bagi SDA ini, karena bila tidak diberi alokasi di dalam makanan, akan diambil dari jaringan tubuh sendiri.
Jadi energy yang dibutuhkan di dalam hidangan harus memenuhi keperluan:
1. Metabolisme basal (BM)
2. Kerja luar
3. SDA, dan
4. Untuk kondisi physiologic khusus seperti kehamilan, menyusukan.
Semua kebutuhan energy ini sudah tercakup dalam RDA energy yang disusun oleh kementrian Kesehatan. Penerapan nilai RDA ini bagi perorangan harus dikoreksi atau diadaptasikan pada kondisi (stuktur) tubuh dan kondisi kerja orang tersebut (kerja berat, ringan, dan sebagainya).
Penilaian dampak akhir dari tingkat konsumsi terhadap kesehatan orang tersebut ditentukan dengan melihat kondisi kesehatan klinis orang tersebut.
Seorang dewasa sehat akan mempunyai berat badan yang konstan, tidak mengidap penyakit,kuat dan riang bekerja, serta mempunyai daya tahan terhadap serangan penyakit dan sanggup bekerja kuat untuk jangka yang cukup panjang, dalam berbagai kondisi lingkungan.
Kalau dengan diberi konsumsi itu tercapai kondisi kesehatan seperti tersebut diatas, maka tingkat konsumsi itu adalah adekwat bagi orang tersebut.