Caries dentis terjadi kalau bertemu tiga factor:
1. Mikrostruktur gigi yang defektif,karena gangguan pada phase pembentukan
2. Adanya mikroflora didalam rongga mulut
3. Adanya karbohidrat di dalam makanan, terutama bentuk gula murni (refined sugars) yang mudah melekat pada gigi-geligi.
Binatang percobaan steril atau diberi makanan cair yang langsung dimasukkan ke dalam rongga lambung atau makanannya tidak mengandung karbohidrat, lebih terhadap timbulnya serangan caries dentis.
Upaya mengurangi caries dentis, bahkan menghindarkannya sama sekali, ialah dengan pemeliharaan hygiene rongga mulut dan mengusahakan kondisi gizi yang baik pada masa kehamilan dan pada umur BALITA, serta mengurangi konsumsi karbohidrat murni dalam bahan makanan.
Pemberian zat fluor pada phase pembentukan gigi dan juga setelah erupsi, membantu mengurangi serangan kerusakan karena caries dentis.
Pemberian fluor pada phase pembentukan gigi dilakukan dengan suplementasi zat fluor ke dalam air minum, sedangkan setelah gigi bererupsi zat fluor dapat diberikan dalam pasta gigi disamping suplementasi di dalam air minum.
Pemberian zat fluor sebagai suplemen didalam air minum harus dilakukan secara sentral di perusahaan air Minum (PAM). Dosis yang diperlukan terletak dalam batas-batas yang sangat sempit, sehingga harus diawasi sangat teliti dengan control laboratorik.
Kadar ini terletak antara 1-2 ppm (mg/kg). kadar yang kurang dari 1 ppm masih akan memberikan caries dentis, sedangkan kadar diatas 2 ppm sudah dapat memberikan fluorosis dentis (mottled enamel).
Penambahan pluorida didalam campuran pasta gigi merupakan upaya yang juga dilakukan untuk prevensi terhadap serangan caries dentis setelah gigi bererupsi, tetapi efektifitasnya kurang dibandingkan dengan suplementasi zat ini pada phase pembentukan gigi tersebut.
Gigi mengalami 3 phase selama umurnya, yaitu phase pembentukan, ketika masih terdapat didalam jaringan ikat, phase erupsi ketika bergerak menyembul kedalam rongga mulut dan phase fungsional, setelah gigi selesai erupsi didalam rongga mulut.
Ketiga phase ini dialami oleh gigi susu maupun gigi permanen. Pembentukan gigi susu terjadi ketika masih didalam kandungan, sampai setelah lahir ketika umur tujuh tahun.
Pembentukan gigi permanen terjadi postnatal, sejak umur BALITA sampai sekitar 18 tahun, ketika gigi geraham bungsu bererupsi, pada umur dewasa muda.
Kondisi gigi dalam phase pertumbuhan gigi susu dan gigi permanen akan mempengaruhi mikrostruktur kedua jenis gigi tersebut, dan akan menentukan sifat apakah gigi tersebut mudah diserang caries dentis ataukah tahan terhadapnya.