Dalam proses absorpsi, Ca dan P saling berpengaruh erat sekali. Untuk absorpsi Ca yang baik, diperlukan perbandingan Ca : P didalam rongga usus (didalam hidangan) 1:1 sampai 1:3.
Perbandingan Ca:P lebih besar dari 1:3 akan mengahambat penyerapan Ca, sehingga hidangan yang demikian akan menimbulkan penyakit defisiensi Ca, ialah rhakhitis. Hidangan yang mudah menimbulkan penyakit rhakhitis ini disebut hidangan rhakhitogenik.
Didalam hidangan pada umumnya kadar P tidak pernah defisien, tetapi sebaliknya kadar Ca sering defisien. Hidangan dengan dasar bahan makanan pokok beras, sering terdapat defisien dalam kadar Ca.
Tambahan pula didalam bahan makanan beras terdapat zat organic yang menghambat absorpsi Ca didalam rongga usus, ialah Asam Phytat yang berikatan dengan Ca dan membentuk garam Calcium Phytat yang tidak larut didalam air, sehingga mengendap didalam rongga usus dan tidak dapat diserap kedalam mukosa.
Dalam berbagai bahan makanan sayuran daun dan buah terdapat Asam oksalat yang juga mengikat Ca dan membentuk garam Calsium Oksalat yang tidak dapat larut dalam air sehingga tidak dapat diserap kedalam mukosa usus.
Absorpsi Ca didalam rongga usus maupun reabsorpsinya didalam tubuli ginjal dipengaruhi oleh vitamin D, sedangkan absorpsi Ca mempengaruhi pula absorpsi P.
Hormone parathyroid berfungsi pula mengatur kadar Ca++ didalam cairan darah, yang diperlukan untuk kontraksi otot dan pembekuan darah. Bila kadar Ca++ didalam plasma menurun, Ca dimobilisasikan dari trabeculae dalam struktur tulang. Defisiensi Ca++ didalam darah memberikan gejala-gejala tetani.
Ca maupun P diekskresikan terutama didalam urine dan sedikit didalam tinja. Didalam urine 24 jam sebanyak 1500 liter terdapat 0,30 gram Calsium dan 2,5 gram asam phosphate.
Kebutuhan akan Ca adalah 400 mg seorang sehari untuk semua umur. Kebutuhan P tidak diketahui, tetapi selalu dapat terpenuhi dalam rata-rata hidangan.