Kebutuhan Tubuh Akan Vitamin B12

https://www.gizi.ilmukesehatan.comBerdasarkan bentuk cyano cobalamine, sekresi vitamin B12 tubuh normal di dalam urine, tinja dan air keringat dilaporkan sebesar 0,6-3,0 dan 1,5-7,0 ug sehari. Maka diperkirakan bahwa RDA untuk vitamin B12 adalah 10-15 ug sehari.

Kadar vitamin B12 didalam air susu sapi 6,6 ug/ltd an didalam berbagai jenis daging 3-10 ug/100 gram. Jelas bahwa kebutuhan vitamin B12 akan terpenuhi didalam hidangan rata-rata di Indonesia, asal cukup mengandung bahan makanan hewani.


Tambahan pula mikroflora usus dapat mensintesa Vitamin B12 dalam kwantum yang cukup besar dan tersedia bagi tubuh. Jadi defisiensi vitamin B12 pada umumnya merupakan defisiensi sekunder karena gangguan penyerapan. Khusus defisiensi FI menyebabkan defisiensi Vitamin B12 yang memberikan penyakit anemia perniciosa BIERMER.


Terdapat tanda-tanda bahwa pada trimester akhir kehamilan, banyak Vitamin B12 ditransfer dari Ibu kepada bayi yang akan dilahirkan. Kadar vitamin B12 didalam darah foetal lebih tinggi dari pada kadarnya didalam darah maternal.

 
BACA:  Fungsi Asam Folat

Bayi dilahirkan dengan dibekali cadangan vitamin B12 cukup besar didalam hati, memenuhi kebutuhannya sehingga mikroflora didalam usus cukup terbentuk dan sanggup mensintesa vitamin B12 yang memenuhi kebutuhan si bayi, sehingga tidak terjadi anemia perniciosa atau anemia makrocytik magaloblastik.

Belum pernah dilaporkan adanya toksisitas vitamin B12 pada pemberian megadosis vitamin ini. Megadosis vitamin B12 sebesar 1000 ug parenteral sering diberikan pada seseorang dan belum pernah dilaporkan timbulnya efek yang merugikan. Sampai sekarang belum pernah dilaporkan adanya antivitamin bagi vitamin B12.

BACA:  Zat Cobalt dan Molybdenium

Terapi anemia perniciosa dengan kombinasi Vitamin B12 dan FI yang diberikan oral tidak memberikan hasil yang memuaskan. Dosis parenteral (IM) tidak memerlukan FI dan menghindarkan  terjadinya antibodies  terhadap FI tersebut.

Dosis 100 ug sehari atau 1000 ug seminggu memberikan cukup mobilisasi Vitamin B12 untuk mempertahankan kondisi normal hematologis dan mencegah gejala-gejala SSP (susunan saraf pusat). Kalau perlu dosis dapat dijarangkan menjadi dua minggu sekali suntikan.

Pada defisiensi sekunder, causa prima harus dicari dan hilangkan agar tidak terjadi relaps, dan tidak diperlukan maintenancedose. Pada anemia perniciosa jangan diberikan asam folat di samping vitamin B12 karena asam folat akan meningkatkan kebutuhan bagi Vitamin B12.