Serealia sebenarnya dapat dimasukkan kelompok sumber protein nabati, meskipun kandungan proteinnya rendah ( beras 7- 8 g%, terigu 8 – 9 g% ) dibandingkan dengan kacang-kacangan ( kacang basah 20 – 25 g%, kacang kering 30- 35 g% ), tetapi serealia dikonsumsi dalam kualitas lebih besar. Seralia dimasukkan dalam kelompok bahan makanan pokok.
Konsumsi beras rata- rata 300 – 500 gram seorang sehari, kacang-kacangan hanya 15- 30 gram sehingga protein nabati yang berasal dari beras mencapai kuantum konsumsi lebih besar dari pada yang berasal dari kacang.
Tambahan pula kacang-kacangan mengandung banyak serat yang tidak dicerna. Yang tidak biasa mengkonsumsi kacang-kacangan sering mendapat keluhan flatus kalau mengkonsumsinya dalam jumlah agak banyak, bahkan dapat mendapatkan keluhan-keluhan gastro intestinal lain, seperti rasa berat di perut, bahkan mulas.
Telah dikemukakan bahwa kacang-kacangan juga mengandung beberapa jenis zat toksis, misalnya ikatan antitripsin ( tripsin inhibitor ) yang menghambat kerja enzim trypsin, hemolysin dan hemaglutinin yang merusak komponen darah.
Untung bahwa zat-zat toksis ini dirusak oleh pemanasan sehingga dalam kacang-kacangan yang telah direbus atau diolah dengan mempergunakan panas cara lain, efek toksin-toksin tersebut tidak perlu dikhawatirkan.
Jenis kacang koro mengandung pula ikatan cyanogenik, yang pada hydrolisis di dalam usus menghasilkan zat racun HCN. Racun ini pun akan hilang bila koro direbus atau dipanaskan dengan cara lain, terbuang dengan air perebus atau menguap ke udara oleh pemanasan.
Kacang-kacangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia diantaranya ialah kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lebih jarang lagi kacang bogor dan kacang koro.