Sakit kepala yang secara medis dikenal sebagai cephalalgia atau dilafalkan cephalgia adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala: kadang sakit di belakang leher atau punggung bagian atas, disebut juga sebagai sakit kepala. Sakit kepala sering dialami oleh semua orang, dari balita hingga dewasa. Namun masalahnya jika si balita yang sakit kepala, akan susah untuk menguraikannya. Karena, umumnya balita belum bisa menjelaskan secara detail, sebelah mana persisnya yang sakit, kayak apa jenis sakitnya, dan lainnya. Bukankah ada banyak karakteristik sakit kepala dan bisa menjadi petunjuk terhadap penyakit penyebabnya?
Memang dokter yang sabar dan teliti, umumnya bisa memancing anak dengan aneka pertanyaan seputar apa yang dirasakan anak dengan “pusingnya” itu. Tapi , ya, itu tadi, anak kerap sulit menjelaskan karena ia memang belum mampu. Sebetulnya , orang tua bisa membantu memberi info pada dokter, dari pengamatan di rumah dan pertanyaan pada si kecil, supaya diagnosa dokter bisa lebih tepat. Kalaupun dianggap perlu, untuk mempertegas diagnosa, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan seperti scanning atau EEG (elektroensefalografi) . tentu saja pemeriksaan yang tidak murah ini dilakukan bergantung kepada berat ringannya keluhan.
Yang jelas, sakit kepala merupakan gejala yang bisa disebabkan banyak hal. Bisa karena adanya infeksi pada tubuh, racun dalam tubuh, trauma mekanik, alergi, atau adanya tumor di kepala. Kalau faktor psikis, jarang terjadi. Karena pada anak, jika ia stress, responnya lebih bersifat spontan. Artinya , tak seperti orang dewasa yang melalui “proses berpikir” . Anak stress, biasanya bentuknya lebih mengarah pada kelainan seperti sulit makan, muntah atau sakit perut.
Tapi apapun penyebabnya, sebaiknya jangan anggap remeh jika si kecil mengeluh sakit kepala. Lebih baik konsultasikan ke dokter agar bisa segera ditangani dengan tepat apabila ternyata penyebabnya memang serius.
Pertolongan Pertama
Sebagai pertolongan pertama di rumah, berikan obat yang mengandung parasetamol. Memang , parasetamol lebih kerap digunakan untuk menurunkan panas. Akan tetapi, sebenarnya obat ini juga memberikan efek menghilangkan rasa sakit.
Bisa juga diberikan ibuprofen. Yang patut diingat, obat-obatan ini hanya menghilangkan gejala dan sifatnya untuk pertolongan pertama saja. Jadi, bila sakit kepala tak juga reda, segera bawa anak ke dokter !
Ragam Penyebab Sakit Kepala
Infeksi Kuman
Ini yang paling banyak. Gara-gara adanya racun yang dihasilkan kuman yang berada dalam darah, akhirnya mengenai otak. Sebelum darah masuk ke daerah otak, memang akan ada pelindung yang disebut blood rain barrier . Fungsinya, menyaring zat dalam darah yang akan masuk ke daerah otak. Ada kalanya barrier berhasil mencegah kuman masuk ke otak, tapi gagal mencegah masuknya toksin dari kuman. Ini yang kerap menimbulkan sakit kepala kala mengalami infeksi pada tubuh.
Infeksi ringan dengan salah satu gejalanya sakit kepala, diantaranya flu dan radang tenggorok. Sementara infeksi sedang yang bisa menjadi berat adalah demam tifoid, demam berdarah, dan infeksi selaput otak. Yang perlu dicatat, bila sakit kepala disertai demam dan penurunan tingkat kesadaran, segera bawa ke dokter karena ada kemungkinan infeksi mengenai daerah sistem saraf pusat.
Gangguan Metabolik
Yang sering terjadi adalah rendahnya kadar glukosa dalam darah. Seperti diketahui, glukosa dalam darah merupakan salah satu sumber tenaga. Jika anak tak sempat sarapan, misal, kadar gula dalam darah jadi rendah. Di lain pihak, tubuh dan otak bekerja terus dan membutuhkan glukosa sebagai bahan bakar metabolismenya. Nah, karena kadar gula dalam darahnya kurang, muncul sakit kepala. Sering juga disertai perasaan mau pingsan, keringat dingin, dan kulit jadi tampak pucat.
Gangguan lain yang juga kerap terjadi adalah anemia. Kita tahu, untuk metabolisme otak, diperlukan asupan zat asam (oksigen), yang dibawa oleh hemoglobin (sel darah merah) melalui aliran darah. Nah , pada anak penderita anemia, kadar hemoglobinnya rendah, sehingga sarana pengangkut zat asam ke jaringan otak pun berkurang. Karenanya, terjadilah sakit kepala. Gejala ini ada terus-menerus dari hari ke hari, walaupun biasanya tak bertambah berat. Pasalnya, anemia bersifat kronik, sehingga gejala sakit kepalanya juga kronis.
Umumnya, di Indonesia dan Negara-negara berkembang, anemia pada anak yang paling banyak ditemui, disebabkan kekurangan zat besi. Banyak faktor yang menyebabkan terjadi kekurangan zat besi. Banyak faktor yang menyebabkan terjadi kekurangan zat besi, antara lain pertumbuhan anak yang cepat sekali, pola makan kurang tepat, penyakit infeksi, gangguan penyerapan zat besi, dan perdarahan di saluran cerna akibat penyakit kelainan usus ataupun oleh karena infeksi cacing tambang dan parasit lainnya.
Gejala anemia tergantung dari berat-ringan penyakitnya. Anemia ringan, biasanya menimbulkan gejala pucat, lesu, lelah dan pusing. Sedangkan anemia tingkat berat, akan mengganggu fungsi jantung dan menimbulkan gejala sesak napas, berdebar-debar, bengkak di kedua kaki, hingga gagal jantung.
Bila gejala anemia berlangsung dalam jangka waktu relatif lama dapat mengakibatkan berbagai gangguan organ dan sistem pada tubuh anak. Diantaranya , gangguan pertumbuhan organ, seperti tubuh anak tampak kecil dibanding usianya, gangguan otot gerak, hingga anak cepat lelah dan lesu, gangguan sistem kekebalan tubuh, hingga anak mudah sakit, gangguan jantung, yaitu berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa darah, dan gangguan fungsi kognitif, antara lain kurang mampu belajar dan kemampuan intelektualnya berkurang.
Bahkan, jika kekurangan zat besi berlangsung lama, misal, terjadi sejak usia bayi dan tak dilakukan pengobatan sampai anak usia 2 tahun, ini bisa menyebabkan gangguan mental. Bila anak sampai mengalami gangguan mental, maka sifatnya akan menetap atau tidak bisa diubah, meski anemianya sudah teratasi.
Oleh karena itu, seringan apa pun, anemia harus segera diatasi. Selain dengan mengatasi penyebabnya, juga lewat obat-obatan. Pada anemia ringan, antara lain dengaan pemberian suplementasi atau preparat besi, yaitu sulfas ferosus, sampai kadar hemoglobinnya kembali normal. Namun bila sudah mengganggu seperti anak pucat sekali dan kadar HB-nya turun hingga menimbulkan gangguan jantung, misal, harus dilakukan transfusi darah.
Sementara pencegahan dilakukan secara holistik, dalam arti menyeluruh. Kita harus memonitor secara rutin tiap bulannya dengan melihat BB dan TB anak, melakukan imunisasi, serta melihat kondisi kesehatan anak secara umum. Selain sakit perut, diare atau muntah-muntah anak yang mengalami keracunan juga bisa menyebabkan pusing.