Rekomendasi yang dikeluarkan oleh koalisi Healty Babies Coalition, yang anggotanya terdiri para ahli pangan dan dokter kebidanan di AS, tersebut sebenarnya bertolak belakang dengan peringatan pemerintah AS yang menyarankan ibu hamil sebaiknya mengonsumsi pangan laut tak lebih dari 340 gram per minggu karena khawatir akan kandungan merkurinya. Para ahli yang tergabung dalam koalisi tersebut berpendapat ancaman merkuri baru sebatas teori, sedangkan ancaman akan kekurangan asam lemak omega-3 yang dikandung oleh pangan laut lebih berbahaya. Pasalnya, ikan dan hewan laut lainnya merupakan makanan otak. Lemak tak jenuh ini sangat bermanfaat bagi pembentukan otak saat janin maupun menjaga fungsi otak kala bayi sudah dilahirkan.
“Selama ini tidak ada kasus bayi yang keracunan merkuri karena mengonsumsi ikan,” kata Dr Ashley Roman, profesor obstetrics dan ginekologi dari New York University Medical Center. Ia mengakui memang ada beberapa ikan yang telah dideteksi memiliki kadar merkuri tinggi, namun lebih banyak ikan yang sehat. Seperti dilaporkan dalam jurnal kesehatan The Lancet, para ahli menyarankan agar wanita yang berencana untuk hamil, sedang hamil, atau menyusui, untuk mengonsumsi hasil laut karena telah terbukti baik untuk perkembangan otak bayi. Jadi jika dilihat dari manfaat dan kerugiannya, tentu lebih banyak manfaat yang dipetik dari konsumsi ikan laut.
Meski begitu sebaiknya Anda tetap berhati-hati dalam memilih pangan laut karena seafood yang tercemar tidak dapat dihilangkan polutannya dengan cara dimasak seperti apa pun. Hindari mengonsumsi ikan mentah, mikroorganisme pada ikan mentah juga dapat beresiko bagi kondisi ibu hamil yang sedang rentan. Jika Anda masih ragu terhadap kualitas keamanan pangan laut di Indonesia, Anda bisa menggantinya dengan makanan lain yang memiliki kandungan gizi hampir sama, misalnya daging sapi, daging ayam, telur, ikan sarden kemasan, atau ikan dari perairan darat seperti ikan mas, mujair, dan lele.