Banyak komposisi makanan bayi yang berupa tepung, disusun dengan dasar campuran serealia dengan kacang-kacangan. Pada serelia lysine merupakan asam amino pembatas pertama, sedangkan pada kacang-kacangan methionine yang menjadi asam amino pembatas pertama.
Bila kedua jenis bahan makanan tersebut dicampurkan, maka kadar lysine yang rendah ditingkatkan oleh kacang, sedangkan kadar methionine yang kurang, ditambah oleh serelia.
Jadi untuk dapat membuat campuran yang saling mensuplementasikan, perlu diketahui kadar asam amino esensial dari bahan makanan yang akan saling dicampurkan tersebut.
Pada dasarnya bahan makanan nabati dari spesies yang sama akan mempunyai asam amino pembatas yang sejenis, jadi tidak benar untuk mencampurkan dua jenis bahan makanan dari spesies yang sama, dengan harapan dapat meningkatkan nilai kualitas protein campuran yang terjadi.
Yang dicampurkan harus dua jenis bahan makanan dari dua spesies bahan makanan yang berbeda, misalnya kacang-kacangan dengan serelia. Jadi mencampurkan beras dengan jagung tidak akan menghasilkan efek saling suplementasi yang diharapkan.
Cara suplementasi yang mempergunakan asam amino murni memerlukan ketelitian. Dalam menambahkan kwantum asam amino limiting yang akan ditingkatkan kadarnya, control yang diteliti sangat diperlukan.
Hal ini tidak dapat dikerjakan oleh masyarakat umum, tetapi harus dilaksanakan di pabrik dengan pengawasan kualitas (quality control). Penambahan asam amino limiting terlalu banyak atau terlalu sedikit tidak akan memberikan efek suplementasi yang diharapkan, karena akan timbul gejala ketidak seimbangan asam-asam amino (imbalance of the amino acid mixture), yang memberikan gejala-gejala yang merugikan.
Cara suplementasi yang kedua tidak memerlukan ketelitian, dan dapat dikerjakan didalam rumah tangga oleh rakyat umum. Pada cara kedua ini, ketelitian tidak begitu diperlukan, karena yang dicampurkan adalah beberapa asam amino sekaligus, sehingga kemungkinan terdapat konsentrasi satu asam amino sekaligus, sehingga kemungkinan terdapat konsentrasi satu asam amino saja menjadi sangat kecil.
Dan sebenarnya dengan menyusun hidangan yang terdiri atas berbagai jenis bahan makanan, efek suplementasi ini dengan tidak sadar sudah dikerjakan oleh masyarakat.
Tambahan pula dengan mencampurkan berbagai jenis bahan makanan, dicampurkan pula berbagai zat gizi yang kurang terdapat di dalam satu jenis bahan makanan saja.
Cara kedua ini biasanya dengan mempergunakan bahan-bahan makanan yang relative murah harganya, sehingga terjangkau oleh daya beli masyarakat secara umum.
Cara suplementasi dengan asam amino limiting murni pernah dikerjakan secara komersial di Indonesia, untuk meningkatkan kualitas protein beras dengan penambahan asam amino pembatas lysine.
Lysine dan beberapa zat gizi lain yang kurang didalam bahan makanan pokok beras, dilarutkan di dalam gelatin yang tidak larut air, kemudian dilapiskan pada butir beras. Hasilnya yang terjadi disebut “beras premix”.