Penyebab Malnutrisi

Penyebab MalnutrisiPengangguran meningkat, cari makan makin susah, biaya pendidikan meningkat – yang mampu membeli pendidikan berkualitas hanya yang tidak terlibas krisis. Di desa sudah jamak kalo orangtua mengawinkan anak setelah lulus SMP. Sehingga ibu-ibu baru adalah ibu-ibu yang belum siap untuk momong anak. Ibu-ibu yang belum cukup mendapatkan pembekalan tentang berumah-tangga, bagaimana merawat anak, bagaimana berkomunikasi dengan suami.

Di tempat saya bertugas sekarang, masih banyak terjadi perkawinan siri anak perempuan usia di bawah 16 tahun. Mereka kadang menggunakan KTP orang lain untuk bisa diloloskan menikah oleh KUA. Bayangkan, lahir batin belum siap untuk punya anak. Ditambah lagi status sosial yang berada dibawah garis kemiskinan. Lengkap sudah. Kurang makan di rumah. Ibu ngga bisa ngasuh anak. Lingkungan kotor.


BACA:  Penyakit Defisiensi KKP

Kekurangan makanan yang bergizi dan pola asuh ibu baru yang tidak memperhatikan kecukupan gizi – terkadang malah bekerja dibanding ngurus anak – lambat laun akan mengakibatkan rendahnya asupan gizi dari yang seharusnya diterima anak. Begitu pula lingkungan yang tidak memadai untuk tinggal, seadanya ditambah dengan ketidaktahuan ibu muda dalam hal kesehatan akan meninggikan kemungkinan terjadinya infeksi pada bayi dan anak.


KURANGNYA ASUPAN

 

Anak seharusnya mendapatkan cukup makanan yang bergizi, kalori dari karbohidrat untuk beraktivitas, dan protein sebagai pembangun badan. Bukan hanya menjadi otot, tapi yang lebih penting, otak. Ketidakmampuan badan membentuk otak ini tidak hanya tercermin dari kurangnya head circumference (lingkar kepala) akan tetapi juga dari kenyataan bahwa fungsinya akan berkurang. Ini yang berat. Kalaulah cuma kurang se-ons kemudian ditambah nanti balik lagi ngga masalah. Akan tetapi karena ada beberapa yang berdampak di masa depan, ini yang membuat kita akan mengenal istilah lost generation.

BACA:  Pencegahan dan Pengobatan Gizi Buruk Pada Anak

Terlebih pada saat balita anak sedang aktif-aktifnya. Untuk asupan anak normal saja seharusnya juga barangkali sudah kurang. Apalagi balita dengan kurang gizi. Mula-mula memang kekurangan tidak terlihat, namun lambat laun bila terjadi kekurangan asupan zat gizi makro (protein, karbohidrat dan lemak) maka otot sebagai sumber protein mulai dipecah. Mulai dari anggota gerak, badan sampai bokong, dan terakhir kepala.

INFEKSI

Terjadinya infeksi akan meningkatkan penggunaan zat gizi yang seharusnya digunakan untuk badan. Karena kuman menumpang hidup dalam badan kita maka anak yang terkena infeksi akan membutuhkan lebih banyak lagi zat gizi untuk berbagi dengan kuman. Badan makin lama makin kurus. Protein yang harusnya digunakan untuk membentuk antibodi diambil oleh kuman. Dan tentu saja makin terjadi kekurangan yang nyata.

BACA:  Kualitas Asupan Gizi Balita Di Indonesia Masih Memprihatinkan

Mulailah terjadi gangguan pertumbuhan, ini bisa dideteksi sederhana dengan menggunakan KARTU MENUJU SEHAT (KMS). Pada KMS akan terlihat menyebrang pita warna (T1), Tetap tidak bertambah (T2) atau malah turun (T3). Untuk ketiga jenis gangguan pertumbuhan ini masih bisa tumbuh kejar. Bila belum menyeberang ke bawah garis merah (BGM).

Bila sudah BGM akan terus memburuk dengan menjadi Malnutrisi Akut (Kurus / z-score