Alergi Susu Sapi

Alergi Susu SapiDefinisi
Alergi susu sapi (Cow’s milk allergy) merupakan respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh kita terhadap susu sapi dan produk yang mengandung susu sapi, di mana tubuh kita “salah” mengenali protein susu sapi sebagai zat yang membahayakan tubuh, sehingga tubuh memproduksi zat kekebalan tubuh (IgE) untuk melawan protein susu.

Gejala


Manifestasi alergi susu sapi dapat berbeda dari satu orang ke orang lainnya, terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah minum susu atau produk dari susu sapi.


Segera setelah mengkonsumsi susu sapi, tanda-tanda alergi susu yang mungkin timbul antara lain : urticaria (biduran), wheezing (mengi), muntah. Walaupun jarang, dapat pula terjadi reaksi alergi yang berat yang biasa dikenal dengan anaphylaxis.

 

Gejala yang mungkin timbul setelah beberapa hari-minggu antara lain : diare (bisa terdapat bercak darah), perut kram, batuk, mengi, alergi hidung, mata berair karena alergi, ruam kulit yang gatal (sering di sekitar mulut), colic (nyeri perut) pada bayi.

Faktor Risiko
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya alergi susu sapi:
1. Alergi jenis lainnya. Banyak anak yang alergi terhadap susu juga memiliki alergi lain, seperti asma, alergi hidung, alergi kulit (eksim), biduran. Seringkali alergi susulah yang pertama kali muncul.

2. Dermatitis atopik (eksim). Anak yang memiliki dermatitis atopik lebih sering menderita alergi makanan.

BACA:  ASI Mendorong Bakteri Menciptakan Lapisan Pelindung Buat Bayi

3. Riwayat alergi pada keluarga. Risiko seseorang menderita alergi makanan akan meningkat bila salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi makanan atau jenis alergi lainnya.

4. Usia. Alergi susu sapi lebih sering terjadi pada anak-anak. Ketika bertambah dewasa, sistem pencernaan menjadi lebih sempurna dan tubuh lebih jarang bereaksi terhadap susu.

Pemeriksaan dan Diagnosis
Untuk mengevaluasi apakah terjadi alergi susu, dokter akan :
1. mengajukan pertanyaan rinci tentang tanda-tanda dan gejala yang timbul
2. melakukan pemeriksaan fisik
3. mengevaluasi catatan rinci / riwayat makanan yang dikonsumsi bayi dan Ibu (bila menyusui) dalam beberapa hari-minggu terakhir.
4. meminta untuk menghindari konsumsi susu / produk dari susu dalam beberapa hari/minggu. Kemudian mencoba kembali memberikan susu/produk susu. Bila memang terdapat reaksi alergi pada susu sapi, maka akan terlihat lebih jelas.

Dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan berikut ini:
1. Tes kulit. Dalam tes ini, kulit akan ditusuk dengan jarum kecil dan diberikan sejumlah kecil protein susu. Jika terdapat alergi, maka akan timbul benjolan pada kulit.
2. Tes darah. Untuk mengukur respon sistem kekebalan tubuh terhadap susu dengan mengukur jumlah antibodi tertentu dalam darah (IgE).

BACA:  Trik Agar Bayi Tetap Bangun Untuk Menyusu

Satu-satunya cara untuk mencegah alergi susu sapi adalah dengan menghindari susu dan protein susu sama sekali. Hal ini kadang sulit dilakukan karena susu merupakan bahan umum di banyak makanan.

Jika perlu obat golongan Antihistamin, dapat mengurangi tanda-tanda dan gejala reaksi alergi susu ringan. Obat ini dapat diberikan setelah mengkonsumsi susu sapi untuk mengontrol reaksi alergi dan membantu meringankan gejalanya. Bila terjadi reaksi alergi yang serius (anafilaksis), Anda perlu segera mendapatkan penanganan di ruang gawat darurat rumah sakit.

Jika bayi Anda memiliki alergi susu sapi dan Anda sedang menyusuinya, maka Anda juga perlu menghindari konsumsi susu dan segala produk dari susu, seperti berbagai jenis susu, mentega, yogurt, es krim, gelato, keju. Hal ini karena protein susu yang dikonsumsi oleh Ibu bisa masuk ke dalam ASI.

Jika Anda memberikan susu formula, Anda dapat beralih ke susu formula berbasis protein kedelai (soya). Jika bayi Anda juga alergi terhadap susu kedelai, maka perlu diganti dengan formula hypoallergenic.

Dua jenis utama dari formula hypoallergenic tersedia:
1. Susu formula terhidrolisa ekstensif – protein susu sapi dipecah menjadi partikel kecil sehingga mereka kurang menyebabkan alergi. Kebanyakan bayi yang memiliki alergi susu sapi – dapat menerima dengan baik susu formula yang terhidrolisa ekstensif ini. Contoh susu jenis ini adalah Pregestimil.

BACA:  Banyak Komsumsi Ikan di Usia Dini Mengurangi Risiko Alergi

2. Susu formula berbasis asam amino – mengandung protein dalam bentuk yang paling sederhana (asam amino). Susu jenis ini direkomendasikan bila kondisi bayi Anda tidak membaik bahkan setelah beralih ke formula terhidrolisa ekstensif. Contoh susu jenis ini : Nutramigen, Neocate.

Susu formula yang terhidrolisa sebagian banyak terdapat di pasaran. Biasanya susu jenis ini mudah dikenali karena mencantumkan tulisan “Hypoallergenic” atau “HA”. Susu jenis ini tidak digolongkan sebagai benar-benar hypoallergenic dan masih dapat memicu reaksi alergi yang cukup berarti.

Susu jenis ini biasanya untuk bayi yang tidak mendapat ASI, diberikan sejak awal untuk mencegah bayi yang beresiko alergi (dari riwayat orang tua), agar tidak berlanjut menjadi alergi susu sapi ataupun jenis alergi lainnya. Susu jenis ini tidak dianjurkan untuk diberikan kepada bayi yang sudah terdiagnosis / menderita alergi susu sapi.

Penggantian Susu Formula
Setelah Anda mengganti susu formula, gejala alergi diharapkan menghilang dalam 2 – 4 minggu. Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk tetap memberikan susu terhidrolisa ekstensif ataupun susu berbasis asam amino tsb di atas sampai ulang tahun pertama anak Anda, kemudian secara bertahap memperkenalkan susu sapi ke dalam pola dietnya.