Sebagian besar kasus penyakit gizi di Indonesia merupakan penyakit defisiensi, terutama penyakit KKP dan defisiensi Vitamin.
Terapi defisiensi Vitamin sebaiknya diberikan B-kompleks, karena seperti telah dibicarakan pada postingan terdahulu, penyakit defisiensi gizi biasanya bersifat multipel. Disamping B-kompleks, diberikan vitamin yang khusus menonjol gejala-gejalanya.
Perbaikan pada pola konsumsi merupakan suatu keharusan, bila dari anamnesa dietitik ternyata menunya tidak seimbang.
Dalam memberikan nasihat perbaikan menu, harus dalam batas-batas kesanggupan daya beli keluarga si penderita. Sering nasihat perbaikan menu tidak dapat dilaksanakan karena daya beli sipenderita sangat minim, sehingga tidak sanggup membeli bahan makanan yang dianjurkan.
Harus pula dijelaskan, perbaikan kondisi defisiensi gizi memerlukan waktu, jadi harus lebih bersabar dalam mengharapkan penyembuhannya.
Pada kondisi kegemukan (obesitas), terapi harus dirancang dengan teliti dan lebih bersabar. Pada prinsipnya obesitas terjadi karena input energy melebihi outputnya, dan kelebihan energy itu disimpan didalam tubuh sebagai lemak.
Maka terapi ditujukan untuk memperkecil input energy dan memperbesar outputnya. Konsumsi bahan makanan sumber energy harus dikurangi dan expenditure energy ditingkatkan dengan olah raga.
Banyak factor ikut berpengaruh pada kondisi obesitas, sehingga penanganannya harus dirancang secara menyeluruh. Pola konsumsi pangan harus diubah dan diadaptasi menjadi pola konsumsi permanen, tidak berupa diet yang mungkin dianggap dapat dihentikan bila penurunan berat badan telah dicapai.