Kandungan Gizi Susu Mampu Menekan Risiko Terkena Kanker Payudara

Diet dengan meniadakan susu dalam konsumsi sehari-hari, sebenarnya taruhannya adalah nyawa. Bukan saja susu kaya kalsium yang bermanfaat untuk kesehatan tulang, tetapi juga memiliki kandungan gizi yang mampu menekan risiko terkena kanker payudara pada perempuan pra-menopause. Dalam penelitian yang dilakukan Institute of Community Medicine, Universitas Tromso, Norwegia membuktikan bahwa konsumsi susu tiga gelas atau lebih setiap hari dapat menurunkan risiko kanker payudara pada perempuan pra-menopause di bawah usia 50 tahun. “Dari penelitian itu, diketahui bahwa konsumsi susu sejak masa kanak-kanak berpengaruh negatif terhadap kejadian kanker payudara saat mereka berusia pra-menopause dibawah usia 50 tahun,” kata dr Rachmi Untoro MPH, Staf Ahli Menteri Kesehatan bidang Mediko Legal, dalam sebuah seminar menjelang Peringatan Hari Susu Sedunia di Jakarta, baru-baru ini. Hadir dalam kesempatan itu, Duta Susu Indonesia mantan atlet bulutangkis Ricky Subagdja, pecatur cilik juara internasional Irene Kharisma Sukandar, Direktur Komersial PT Tetra Pak Indonesia Robert Tumiwa, dan Direktur Pengolahan Hasil Pertanian, Departemen Pertanian Chairul Rahman.

Namun sayangnya, lanjut Rachmi, anak-anak Indonesia sangat kurang minum susu, bahkan menjadi sangat terendah di antara negara-negara di Asia. Konsumsi susu masyarakat Indonesia rata-rata setiap tahunnya sebanyak 9 liter per tahun per kapita, tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga Malaysia. Konsumsi susu di Malaysia sudah mencapai 25,4 liter per tahun per kapita, sementara di Singapura 32 liter per tahun. “Bahkan kita kalah dibandingkan masyarakat Vietnam yang tiap tahun mengkonsumsi 10,7 liter per tahun per kapita dan di Filipina sebesar 11, 3 liter per tahun per kapita,” ujar mantan Direktur Bina Gizi, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes itu. Dijelaskan, salah satu nutrisi yang menonjol dalam susu adalah kandungan kalsiumnya. Bahan itu dikenal luas karena manfaatnya untuk memelihara kekuatan dan kepadatan tulang. Dalam proses yang dikenal sebagai penumpukan massa tulang, kalsium dan fosfor beraliansi membentuk kalsium fosfat. Elemen itu merupakan komponen utama yang berperan dalam pembentukan struktur dan kekuatan tulang. “Segelas susu menyuplai 29,7 persen kebutuhan harian kalsium dan 23,2 persen kebutuhan harian fosfor. Nutrisi penting lainnya adalah vitamin D. Vitamin larut lemak ini menjaga kadar kalsium yang memadai dalam darah,” ujarnya.


BACA:  Pemberian ASI Lebih Bagus Dibandingkan Susu Formula

Selain itu, lanjut Rachmi, segelas susu juga menyodorkan 24,4 persen kebutuhan harian vitamin D. Di samping kalsium dan vitamin D, vitamin K yang terkandung dalam susu juga memiliki peran vital untuk mengamankan kekuatan tulang. Vitamin K1 mengaktifkan osteocalcin protein nonkolagen utama dalam tulang. Elemen ini mengikat molekul kalsium di dalam tulang. “Tanpa vitamin K1 yang cukup, keberadaan kadar osteocalcin tak akan memadai. Ujungnya, proses penumpukan massa tulang akan terganggu. Anda bisa membayangkan sendiri akibatnya,” ujarnya. Hal lain yang belum banyak diketahui masyarakat adalah susu mampu mencegah hipertensi (tekanan darah tinggi), menangkal kanker usus serta menghindarkan Anda dari kekurangan energi dan protein. Kandungan nutrisi yang ada di dalamnya turut meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Dan yang terpenting bagi kaum wanita, Rachmi menegaskan, susu bisa membantu program penurunan berat badan. “Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada April 2004 di Obesity Research, Amerika, disebutkan konsumsi makanan yang kaya kalsium, khususnya produk susu rendah lemak seperti susu sapi, yogurt, dan kefir akan membantu Anda mengurangi berat badan,” katanya.


Dalam studi yang mengikutsertakan 42 subyek penelitian (32 orang menuntaskannya) ini, para peserta dibagi dalam tiga kelompok. Mereka diberi rancangan pola makan yang didesain untuk mengurangi berat badan satu pon (sekitar setengah kg) tiap minggunya selama 24 minggu. Rancangan pola makan untuk ketiga grup itu memiliki kandungan kalori yang sama. Grup pertama menerima pola makan rendah kalsium (430 miligram/hari). Grup kedua menerima rancangan yang sama dengan tambahan suplemen kalsium hingga total pasokan kalsium ke dalam tubuh mencapai lebih dari 1.200 miligram. Grup ketiga menghadapi menu makan yang dipenuhi produk susu sehingga pasokan kalsiumnya mencapai 1.100 miligram setiap harinya. Hasil akhir studi tersebut, grup pertama rata-rata berkurang berat badannya 15 pon, grup kedua 19 pon, dan grup ketiga 24 pon. Dari total berat badan yang berkurang tersebut, grup pertama kehilangan lemak 19 persen, grup kedua 50 persen, dan grup ketiga 66 persen. “Hasil ini menunjukkan, kalsium yang dibawa produk susu terbukti lebih efektif menurunkan berat badan dan melenyapkan lemak para pengonsumsinya. Jadi, tidak benar kalau susu bikin gemuk,” ucap Rachmi.

 
BACA:  Ibu Menyusui, Jauhi Fast Food

Namun diakui Rachmi, ada sejumlah orang yang tidak dapat mengkonsumsi susu karena mengidap lactose intolerance akibat enzim laktase dalam tubuh menurun sehingga tidak mampu menguraikan laktosa (gula susu) menjadi glukosa dan galaktosa. “Kondisi itu mengakibatkan laktosa tidak terserap di usus kecil, lalu masuk ke usus besar dalam keadaan utuh sehingga menyebabkan diare. Oleh karena itu, aktivitas enzim laktase harus terus dipelihara dengan cara membiasakan minum susu sejak bayi, balita (bawah lima tahun), remaja, dewasa hingga lansia (lanjut usia),” tuturnya. Jika Anda berhenti mengonsumsi susu, enzim laktase akan mati atau berkurang. Suatu saat bila minum susu lagi, enzim laktase tidak siap sehingga terjadilah diare. Untuk orang semacam ini, dianjurkan untuk minum susu berkadar laktosa rendah (low lactose milk) atau produk olahan susu rendah laktosa seperti yogurt, yakult dan kefir. “Susu juga harus dibatasi bagi penderita alergi protein susu. Untuk orang semacam ini, protein susu harus diuraikan terlebih dahulu menjadi hidrolisat. Bisa juga diatasi dengan susu nabati, seperti susu kedelai,” kata Rachmi.

Sementara itu, Direktur Pengolahan Hasil Pertanian, Departemen Pertanian, Chairul Rahman mengatakan, rendahnya konsumsi susu di Indonesia, disebabkan banyak faktor. Salah satunya, harga susu yang dianggap cukup mahal, sehingga tidak terbeli masyarakat kalangan bawah. Namun, yang urgensi adalah kurangnya pemahaman masyarakat akan manfaat susu. “Kalau penyebabnya mahal, kenapa Filipina yang tingkat perekonomiannya hampir sama, angka konsumsi susunya bisa tinggi. Berarti pemahaman akan pentingnya susu buat kesehatan yang kurang. Jadi, bukan semata masalah harga,” tuturnya. Untuk itu, lanjut Chairul, pendidikan penting guna menyadari masyarakat akan pentingnya susu. Ia juga mengatakan untuk anak-anak jenis susu bubuk lebih baik ketimbang kental manis. Karena susu bubuk sedikit mengandung gula. Sedangkan susu kental manis lebih cocok untuk membuat kue, kopi, dan lain sebagainya. Idealnya, lanjut Chairul, tiap orang minum susu dua gelas per orang per hari. Berarti sebulan 60 gelas susu. Jadi, kalau tiap keluarga terdiri dari dua anak dan dua orang tua, berarti sekitar 240 (60×4) gelas dibutuhkan dalam sebulan. Bagi orang yang berpenghasilan tidak tetap, susu memang dianggap mahal. Misalnya, kemasan 400 gr saja harganya sekitar Rp 22.000, paling lama habis dikonsumsi selama sepekan. Jika sebulan jumlahnya mencapai ratusan ribu. “Untuk masyarakat Indonesia yang ada di pedesaan, uang sejumlah itu sangat besar. Karena itu, mereka mengalah dengan tidak minum susu,” katanya.

BACA:  Fortifikasi Zat Tambahan Pada Susu Formula

Ditambahkan, produk susu nasional pada tahun 1999 mencapai 436 ribu ton, pada tahun 2000 mengalami peningkatan hingga 497,87 ribu ton. Dan di tahun 2001, produksi susu nasional mencapai 531,87 ribu ton. Dari berbagai jenis susu yang telah dipabrikan, jelasnya lagi, susu bubuk menempati urutan pertama dalam tingkat produksinya dibanding jenis susu lainnya, seperti susu kental manis, atau susu murni. “Tingginya tingkat produksi susu bubuk disebabkan luasnya jaringan pasar yang dikuasai oleh susu bubuk. Selain itu, jenis susu ini dapat dikonsumsi oleh semua umur dari bayi, orang dewasa, dan manula,” katanya. Pemerintah sendiri telah memiliki kebijakan dan program pengembangan industri susu nasional baik jangka panjang maupun jangka pendek. Untuk jangka panjang dikembangkan agribisnis dan agroindustri berdaya saing, berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan peternak dan mengurangi impor. Sementara untuk jangka pendek diupayakan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi susu dalam negeri dengan cara memberdayakan peternak sapi perah. Caranya dengan meningkatkan kemandirian kelompok dengan mengurangi ketergantungan harga dan pemasaran terhadap industri peternak sapi. “Tapi yang paling penting perlu ditingkatkan upaya peningkatan mutu susu segar, pengolahan yang higienis, inisiasi pengembangan pasar, bantuan peralatan pengolahan susu dan pelatihan serta pendampingan usaha,” kata Chairul menandaskan.