Laktosa atau gula susu yang terkandung dalam susu dapat menyebabkan anak diare. Kondisi yang kerap disebut intoleransi laktosa ini, bagaimana menyiasatinya?
Intoleransi laktosa artinya tubuh seseorang tidak dapat memproduksi laktase, atau enzim yang dibutuhkan untuk mencernakan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa., dalam jumlah cukup. Intoleransi laktosa akan hilang setelah anak berusia 3-4 tahun. Pada usia itu, susu tidak lagi jadi makanan utamanya. Kondisi ini menyebabkan produksi enzim laktase akan berkurang.
Ciri-ciri bayi yang mengalami intoleransi laktosa:
- Diare dengan ciri kotoran berair dan busa.
- Kembung.
- Kram perut yang ditunjukkan dengan menangis dan mengangkat kaki seperti gejala kolik.
- Mengeluarkan gas sekitar 30 menit sampai 2 jam setelah menyusu.
Jika kebetulan anak mengalami intoleransi laktosa, maka Anda sebaiknya:
- Amati reaksi anak. Bila anak menunjukkan gejala intoleransi laktosa, segera hentikan pemberian susu tambahan.
- Membaca label. Hindari susu dan produk olahannya yang tertulis mengandung laktosa.
- Saat ini, sudah dijual susu dengan kandungan laktosa yang rendah maupun tidak mengandung laktosa sama sekali.
- Bila tidak menemukan susu rendah/bebas laktosa, Anda dapat memberikan susu kedelai. Susu kedelai tidak mengandung laktosa, tapi sukrosa dan sirup jagung yang mudah dicerna, jadi aman untuk diberikan kepada bayi.
- Bila anak sudah makan Makanan Pendamping ASI, berilah makanan yang mengandung kalsium seperti tahu, brokoli, jeruk, sawi hijau, tauge dan kacang-kacangan agar bayi tidak kekurangan kalsium. Olah bahan-bahan makanan tersebut menjadi makanan yang menarik minat anak.