Kebutuhan Akan Riboflavin
Kebutuhan tubuh akan riboflavin mempunyai korelasi erat dengan kwantum protein yang dikonsumsi didalam hiidangan. Perhitungan didalam berbagai penelitian menghasilkan angka kebutuhan tubuh akan vitamin ini sebesar 0,025 x jumlah gram protein yang dikonsumsi.
Kebutuhan akan riboflavin juga mempunyai korelasi erat dengan kwantum protein yang dikonsumsi didalam hidangan. Perhitungan dalam berdasarkan kondisi ini menghasilkan angka kebutuhan yang sama seperti diatas.
Masyarakat dengan konsumsi riboflavin 0,7 mg atau kurang sehari untuk orang-orang dewasa, memperlihatkan adanya gejala-gejala defisiensi dan menunjukkan insidens defisiensi yang cukup tinggi serta terdapat ekskresi rendah dari vitamin ini didalam urine, yaitu kurang dari 0,4 mg/24 jam.
Pada percobaan dengan subjek wanita muda, pada konsumsi riboflavin setinggi 0,15 mg/1000 kalori, atau 0,22 mg/1000 kalori masih memperlihatkan timbulnya gejala-gejala defisiensi pada beberapa subjek, serta ekskresi didalam urine yang rendah.
Konsumsi riboflavin setinggi 0,41 mg/1000 kalori untuk selama dua tahun berturut-turut tidak menyebabkan gejala-gejala defisiensi dan ekskresi vitamin ini didalam urine pun cukup tinggi.
Maka disimpulkan bahwa MDR untuk riboflavin adalah 0,44 mg/1000 kalori dan diambil nilai RDA sebesar 0,55 mg/1000 kalori sehari untuk semua kelompok umur dan jenis kelamin.
Konsumsi riboflavin 1,0-1,5 mg sehari untuk orang dewasa sudah dapat menghindarkan risiko timbulnya gejala-gejala defisiensi. Kalau dinyatakan per kg berat badan, kebutuhan untuk anak-anak adalah 0,10 mg riboflavin per kg berat badan, sedangkan untuk orang dewasa menjadi 0,07 mg/kg berat badan sehari.
Terhadap Riboflavin terdapat tiga jenis antivitamin yang semuanya merupakan derivate dari vitamin itu, ialah : iso riboflavin, phenazine riboflavin dan galactoflavin.
Defisiensi riboflavin biasanya timbul secara kronis, dengan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Daerah mulut: Cheilosis, stomatitis angualaris, seborrhoic dermatitis sekitar hidung (sulcus nasolabialis)
2. Dalam rongga mulut: lidah berwarna merah dadu (magenta tongue), dianggap suatu gejala cukup khas bagi defisiensi riboflavin ini.
3. Daerah mata: keluhan subjektif, berbentuk rasa panas di bibir kelopak mata. Gejala-gejala objektif lain: photophobia, lakrimasi, circumcorneal vascular injection.
4. Daerah kulit muka: dermatitis seborrhoica
5. Daerah genital: dermatitis sekitar vulva atau scrotum, dan sering juga daerah paha bagian medial yang berhadapan dengan vulva atau scrotum tersebut. Dermatitis berwarna kulit merah bersisik, dan dapat mengelupas.