Zat jodium (J)
Zat jodium juga merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormone THYROXIN. Terdapat dua ikatan organic yang menunjukkan bioaktifitas hormone ini, ialah Trijodotyronin T3 dan Tetrajodotyronin T4 yang terakhir ini disebut juga Thyroxin.
Zat jodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (Glandula Thyroidea) untuk dipergunakan dalam sintesa hormone Thyroxin.
Hormone ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin), dan disebut Thyroglobulin. Bila diperlukan, thyroglobulin dipecah dan terlepas hormone thyroxin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar ke dalam aliran darah.
Kekurangan zat Jodium memberikan kondisi hypothyroidism dan tubuh mencobanya untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok, sehingga terjadi hypertrophi yang memberikan pembesaran kelenjar thyroid tersebut, dan disebut penyakit gondok (struma simplex atau struma endemic).
Sebaliknya kebanyakan zat Jodium akan memberikan gejala-gejala pada kulit yang disebut Jodium dermatitis. Defisiensi jodium terdapat di banyak daerah diseluruh Indonesia secara endemic, terutama dikepulauan yang besar dan terpencil dipegunungan.
Ini karena air dan tanah di daerah tersebut miskin akan kandungan zat Jodium, sedangkan bahan makanan yang berasal dari laut yang biasanya kaya akan zat Jodium tidak dapat mencapai daerah-daerah tersebut. Tetapi ada pula daerah pantai di Sumatera Barat yang menunjukkan adanya kekurangan Jodium tersebut.
Defisiensi Jodium memberikan berbagai gambaran klinik, yang kesemuanya disebut Iodium Deficiency Deseases (IDD), atau gangguan akibat kurang Iodium (GAKI), yaitu:
1. Gondok endemic, dan
2. Kretin, yang terdiri atas:
a. Gondok endemic, dan
b. Kretin, yang terdiri atas:
- Kretin Neurologik, dan
- Kretin Myxoedema