Zat tembaga Cu didalam erythrocyte juga terdiri atas dua komponen, bentuk labil yang membuat keseimbangan dengan bentuk Cu aktip didalam plasma dan bentuk stabil, yang merupakan bagian terbesar, ialah 80% Cu yang terdapat didalam erythrocyte tersebut. Yang stabil ini disebut hemocuprein atau erythrocuprein. Fungsi Cu didalam erythrocyte belum diketahui dengan pasti.
Cu yang terdapat didalam hati juga terkonjugasi dengan protein, membentuk hepatocuprein, yang mengandung Cu sebanyak 0,34%.
Zat tembaga Cu terutama diekskresikan ke dalam rongga usus dan dibuang didalam tinja. Sebagian kecil Cu diekskresikan dalam urine dan cairan keringat. Pada wanita zat tembaga Cu juga terbuang ketika menstruasi.
Defisiensi zat tembaga Cu pada binatang percobaan menyebabkan pertumbuhan yang lambat, anemia hypochromic microcytair.
Kadar Cu didalam plasma menurun sebelum tampak gejala-gejala klinik tersebut, yang diikuti oleh penurunan kadar Cu didalam erythrocyte. Sumsum tulang memperlihatkan hyperplasia normoblastik.
Defisiensi Cu memberikan juga gangguan pada absorbs dan metabolisme Fe, yang pada gilirannya memberikan anemia hypochromic microcytair. Pemberian Fe saja tidak memperbaiki keadaan, tetapi pemberian Cu akan memberikan efek dengan segera.
Gejala-gejala defisiensi Cu pada berbagai binatang percobaan berbeda-beda pula. Hal ini terjadi karena zat tembaga Cu diperlukan untuk aktivitas berbagai jenis enzim, bahkan merupakan komponen structural dari beberapa enzim tersebut.
Sebagaimana telah dibicarakan, gejala-gejala defisiensi Cu pada manusia belum pernah diberitakan dengan pasti. Dikatakan bahwa pemberian Fe dan Cu pada anemia hypochromic microcytair memberikan respons yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian Fe saja.
Kadar Cu di dalam plasma meningkat pada beberapa jenis penyakit tertentu dan menurun pada jenis-jenis penyakit lainnya. Arti signifikan dari kondisi ini tidak diketahui.